NO HUJAT hanya cari jawaban sajah...!!!
Sabtu, 26 Mei 2012
Jumat, 25 Mei 2012
BODOHNYA MUHAMMAD
Daftar Kebodohan Muhammad sbg akibat ketidakmengertiannya atas ajaran nabi-nabi sebelumnya
1) Muhammad mendirikan agama, karena dia mengira, nabi Musa adalah pendiri agama Yahudi dan nabi Isa adalah pendiri agama Kristen. Padahal tidak ada nabi-nabi yang mendirikan agama.
2) Muhammad mengaku menerima kitab suci dari tuhan, karena dia mengira nabi Musa telah menerima kitab Taurat dan nabi Isa menerima kitab Injil dari tuhan. Padahal tidak ada nabi-nabi yang menerima KITAB dari Tuhan. Sepanjang sejarah, Tuhan agama Samawi tak pernah menurunkan KITAB KERAMAT apapun kepada umatnya, dan apa yang dianggap sebagai kitab keramat oleh umat Samawi adalah BUKU SEJARAH KARANGAN MANUSIA yang disakralkan karena di dalamnya berisi cerita tentang Tuhan.
3) Muhammad mengajarkan label agama dapat menyelamatkan manusia ke surga, untuk itu dia membual tentang malaikat kubur yang bertanya apa agamamu, apa nama kitab sucimu, siapa nama tuhanmu, siapa nama nabimu, bla-bla-bla, karena dia mengira nabi Musa dan nabi Isa juga mengajarkan begitu. Padahal, yang memiliki pandangan sektarian seperti itu adalah umatnya, bukan nabinya. Muhammad tersesat karena dia kerap mendengar orang Yahudi berkata: “Siapa tidak masuk agama Yahudi tak akan masuk surga”, dan demikian pula dengan orang Kristen, juga berkata: “Siapa tidak masuk agama Kristen tidak akan masuk surga.” Dengan demikian, yang ditonjolkan adalah LABEL AGAMA dan bukan PESAN-PESAN MORAL. Padahal yang dibawa oleh para nabi adalah PESAN-PESAN MORAL, dan para nabi sama sekali tidak membawa label agama dan tidak pernah mengajarkan suatu label agama dapat membawa manusia ke surga.
4) Muhammad menyebut dirinya rasul sewaktu di Mekkah, dan menyebut dirinya nabi sewaktu bertemu orang-orang Yahudi di Medinah, karena Muhammad tidak paham apa itu rasul dan apa itu nabi menurut tradisi Samawi. Nabi adalah utusan Tuhan, sedangkan Rasul adalah utusan Yesus. Keduanya membawa misi yang berbeda. Nabi bertugas menyampaikan Firman Tuhan, sedangkan Rasul bertugas memberitakan Injil. Rupanya sewaktu di Mekkah Muhammad mendengar istilah “rasul” dari pendeta Waraqa, karena Waraqa menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Arab dan pasti Waraqa sering menyebut istilah itu dalam kotbah-kotbahnya. Dan istilah “nabi” dia ketahui dari orang-orang Anshar Medinah sewaktu ia berjumpa orang-orang itu di Aqabah. Orang-orang Anshar tersebut memberitahu Muhammad kalau orang-orang Yahudi Medinah sedang menanti-nantikan kedatangan seorang nabi yang dijanjikan Tuhan mereka, maka sejak itu pula Muhammad mengklaim dirinya juga sebagai “nabi”, walau di Mekkah dia mengaku dirinya “rasul”.
5) Muhammad membagi Qurannya ke dalam surat-surat, karena dia mengira surat-surat dalam Alkitab sebagai surat-surat kudus kiriman malaikat dari surga. Padahal surat-surat dalam Alkitab (Perjanjian Baru) tersebut adalah memang surat dalam arti sebenarnya, yaitu surat yang ditulis dan dikirim oleh rasul untuk para jemaah Kristen.
6) Muhammad membagi Qurannya ke dalam ayat-ayat, karena dia mengira ayat-ayat dalam Taurat, Zabur dan Injil adalah kalimat-kalimat sepenggal yang diwahyukan/didiktekan oleh Tuhan. Padahal pada awalnya Alkitab tidak terbagi dalam ayat-ayat, melainkan pembagian Alkitab ke dalam ayat-ayat itu dilakukan oleh pihak gereja. Nabi Musa dan para imam Yahudi tidak menulis kitab Taurat dalam ayat-ayat, demikian pula para penulis Injil juga tidak membagi kitab-kitabnya dalam ayat-ayat.
7) Muhammad menyebut Isa sebagai Almasih, tanpa dia mengerti apa itu Almasih. Dia mengira Almasih adalah nama lengkapnya Isa. Kalau dia mengerti arti kata tersebut, tentu dia tak akan nekat mengaku dirinya sebagai Juruselamat (nabi yang dijanjikan) kepada orang-orang Yahudi.
8) Muhammad mengatakan orang Kristen mempunyai 3 tuhan, yaitu Allah, Isa, dan Maryam. Jelas di sini ketololannya akibat ketidakmengertiannya tentang ajaran Trinitasnya Kristen.
9) Muhammad mengatakan orang Yahudi menuhankan Uzair (Ezra). Sekali lagi ini adalah ketololan Muhammad karena ketidaktahuannya.
10) Muhammad menyangka nabi Musa dan nabi Isa hidup pada zaman yang sama, padahal keduanya terpaut 1500 tahun lamanya. Dengan menceritakan keluarga Imran mempunyai tiga orang anak: Harun, Maryam dan Musa, dan Maryam binti Imran melahirkan anak bernama Isa Almasih, serta penyebutan Maryam sebagai Saudara Perempuan Harun, maka sudah terbuktilah bahwa Muhammad sebenarnya seorang IDIOT tak tahu malu.
1) Muhammad mendirikan agama, karena dia mengira, nabi Musa adalah pendiri agama Yahudi dan nabi Isa adalah pendiri agama Kristen. Padahal tidak ada nabi-nabi yang mendirikan agama.
2) Muhammad mengaku menerima kitab suci dari tuhan, karena dia mengira nabi Musa telah menerima kitab Taurat dan nabi Isa menerima kitab Injil dari tuhan. Padahal tidak ada nabi-nabi yang menerima KITAB dari Tuhan. Sepanjang sejarah, Tuhan agama Samawi tak pernah menurunkan KITAB KERAMAT apapun kepada umatnya, dan apa yang dianggap sebagai kitab keramat oleh umat Samawi adalah BUKU SEJARAH KARANGAN MANUSIA yang disakralkan karena di dalamnya berisi cerita tentang Tuhan.
3) Muhammad mengajarkan label agama dapat menyelamatkan manusia ke surga, untuk itu dia membual tentang malaikat kubur yang bertanya apa agamamu, apa nama kitab sucimu, siapa nama tuhanmu, siapa nama nabimu, bla-bla-bla, karena dia mengira nabi Musa dan nabi Isa juga mengajarkan begitu. Padahal, yang memiliki pandangan sektarian seperti itu adalah umatnya, bukan nabinya. Muhammad tersesat karena dia kerap mendengar orang Yahudi berkata: “Siapa tidak masuk agama Yahudi tak akan masuk surga”, dan demikian pula dengan orang Kristen, juga berkata: “Siapa tidak masuk agama Kristen tidak akan masuk surga.” Dengan demikian, yang ditonjolkan adalah LABEL AGAMA dan bukan PESAN-PESAN MORAL. Padahal yang dibawa oleh para nabi adalah PESAN-PESAN MORAL, dan para nabi sama sekali tidak membawa label agama dan tidak pernah mengajarkan suatu label agama dapat membawa manusia ke surga.
4) Muhammad menyebut dirinya rasul sewaktu di Mekkah, dan menyebut dirinya nabi sewaktu bertemu orang-orang Yahudi di Medinah, karena Muhammad tidak paham apa itu rasul dan apa itu nabi menurut tradisi Samawi. Nabi adalah utusan Tuhan, sedangkan Rasul adalah utusan Yesus. Keduanya membawa misi yang berbeda. Nabi bertugas menyampaikan Firman Tuhan, sedangkan Rasul bertugas memberitakan Injil. Rupanya sewaktu di Mekkah Muhammad mendengar istilah “rasul” dari pendeta Waraqa, karena Waraqa menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Arab dan pasti Waraqa sering menyebut istilah itu dalam kotbah-kotbahnya. Dan istilah “nabi” dia ketahui dari orang-orang Anshar Medinah sewaktu ia berjumpa orang-orang itu di Aqabah. Orang-orang Anshar tersebut memberitahu Muhammad kalau orang-orang Yahudi Medinah sedang menanti-nantikan kedatangan seorang nabi yang dijanjikan Tuhan mereka, maka sejak itu pula Muhammad mengklaim dirinya juga sebagai “nabi”, walau di Mekkah dia mengaku dirinya “rasul”.
5) Muhammad membagi Qurannya ke dalam surat-surat, karena dia mengira surat-surat dalam Alkitab sebagai surat-surat kudus kiriman malaikat dari surga. Padahal surat-surat dalam Alkitab (Perjanjian Baru) tersebut adalah memang surat dalam arti sebenarnya, yaitu surat yang ditulis dan dikirim oleh rasul untuk para jemaah Kristen.
6) Muhammad membagi Qurannya ke dalam ayat-ayat, karena dia mengira ayat-ayat dalam Taurat, Zabur dan Injil adalah kalimat-kalimat sepenggal yang diwahyukan/didiktekan oleh Tuhan. Padahal pada awalnya Alkitab tidak terbagi dalam ayat-ayat, melainkan pembagian Alkitab ke dalam ayat-ayat itu dilakukan oleh pihak gereja. Nabi Musa dan para imam Yahudi tidak menulis kitab Taurat dalam ayat-ayat, demikian pula para penulis Injil juga tidak membagi kitab-kitabnya dalam ayat-ayat.
7) Muhammad menyebut Isa sebagai Almasih, tanpa dia mengerti apa itu Almasih. Dia mengira Almasih adalah nama lengkapnya Isa. Kalau dia mengerti arti kata tersebut, tentu dia tak akan nekat mengaku dirinya sebagai Juruselamat (nabi yang dijanjikan) kepada orang-orang Yahudi.
8) Muhammad mengatakan orang Kristen mempunyai 3 tuhan, yaitu Allah, Isa, dan Maryam. Jelas di sini ketololannya akibat ketidakmengertiannya tentang ajaran Trinitasnya Kristen.
9) Muhammad mengatakan orang Yahudi menuhankan Uzair (Ezra). Sekali lagi ini adalah ketololan Muhammad karena ketidaktahuannya.
10) Muhammad menyangka nabi Musa dan nabi Isa hidup pada zaman yang sama, padahal keduanya terpaut 1500 tahun lamanya. Dengan menceritakan keluarga Imran mempunyai tiga orang anak: Harun, Maryam dan Musa, dan Maryam binti Imran melahirkan anak bernama Isa Almasih, serta penyebutan Maryam sebagai Saudara Perempuan Harun, maka sudah terbuktilah bahwa Muhammad sebenarnya seorang IDIOT tak tahu malu.
TUHAN itu tidak ada
Apa
yang anda pikirkan, yang menjadi orientasi dalam kehidupan anda saat
ini, cara pandang mengenai diri dan masyarakat, mengenai hidup dan
kehidupan dalam semua aspek, sangat dipengaruhi oleh paradigma yang anda
ikuti dan berlaku dalam masyarakat. Bagaimana paradigma yang berlaku
dan diikuti sebagian besar orang dalam suatu masyarakat, secara umum
bisa kita cermati dalam logika stereotip
- Untuk Apa Beragama ?
Sebagaimana
kita fahami, agama merupakan sebuah jalan bagi manusia untuk mencari
kebahagiaan. Agama menjadi pedoman dan ajaran yang dikuti oleh banyak
manusia, sebagai upaya untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang beragama
pada dasarnya adalah untuk mendapatkan ebahagiaan. Namun bagaimana
realitasnya? Banyak manusia beragama justru harus berhadapan dengan
berbagai konflik. Suatu kelompok masyarakat ketika mereka mementingkan
agamanya, maka masyarakat tersebut akan berhadapan secara diametral
dengan masyarakat lain yang juga ingin menjalankan agamanya. Masyarakat
muslim Palestina ketika atas nama agama, mereka mencoba mempertahankan
tanah kelahirannya, harus berlawanan dengan tentara Israil, yang juga
atas nama agama ingin merebut tanah suci agama Yahudi. Hampir tiap hari
pemuda dan remaja Palestina dengan ketapelnya, dengan batu-batu kerikil
harus berhadapan dengan tentara Isarail yang membawa senjata modern.
Puluhan pemuda dan remaja Palestina menjadi korban pembantaian oleh
tentara Israil hampir tiap hari. Setelah kelompok Hamas memenangkan
Pemilu 2006, 4 tahun lalu dan memimpin pemerintahan Palestina, terjadi
penghentian bantuan dana dari Amerika Serikat dan dunia barat. Di negara
Palestina sendiri terjadi pertentangan dan konflik internal antara
kelompok Hamas dan kelompok Fatah (partai pemegang pemerintahan
sebelumnya). Di Irak, dalam kepemimpinan Saddam Husein yang mengibarkan
bendera ”Laa ilaaha illallah” harus menghadapi keganasan pasukan Amerika
Serikat yang kemudian menghancur luluhkan negeri 1001 malam itu.
Setelah Saddam Husein ditangkap dan dia dili, masyarakat Irak mengalami
perang saudara, yaitu kaum Sunni dan kaum Syiah, saling baku hantam.
Terjadi pengeboman oleh jamaah Sunni di Masjid milik kaum Syiah dan
sebaliknya dilakukan pengeboman oleh jamaah Syiah di Masjid milik kaum
Sunni. Di Ambon, beberapa tahun lalu juga terjadi peperangan dengan baku
tembak, saling membunuh, dengan peralatan pedang, samurai, tombak, dan
pistol rakitan antara kaum muslimin dan kaum nasrani. Konflik yang tak
pernah ada habisnya juga terjadi antara organisasi NU dan Muhammadiyah,
padahal dua organisasi ini sama-sama dari kelompok muslim. Barangkali di
tingkat pimpinan, ada upaya untuk meredam konflik itu, namun di
kalangan masyarakat bawah, masih sering mereka tidak bersedia untuk
duduk dalam satu forum. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kaum muslim
Indonesia juga mengalami ketakutan dan kekhawatiran jika menunjukkan
identitas keislamannnya, karena distampel 2 sebagai teroris. Mereka yang
dicurigai teroris, akan ditangkap oleh pasukan detasemen 88 antiteror
dan harus melakukan serangkaian proses pemeriksaan. Dengan beragama
diharapkan akan mendapatkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan malah
yang didapat sebaliknya, ketakutan dan kecemasan. Apa yang saya uraikan
merupakan realitas di depan mata yang pada akhirnya memunculkan
pernyataan yang stereotip, untuk apa kita beragama jika agama justru
mengantarkan kita pada peperangan, kehancuran, hilangnya kedamaian?
Banyak orang akhirnya tak mau peduli terhadap ajaran agamanya, cenderung
bersikap pasif, cuek bahkan tak mau membawa konsep agama dalam
kehidupannya, khususnya dalam masyarakat.
2. Agama Sebagai Candu Masyarakat.
Agama
bagi sementara orang hanyalah tempat pelarian dari permasalahan hidup.
Ketika seseorang mengalami banyak masalah seperti kemiskinan,
ketidakberdayaan, kesengsaraan, maka dia akan mencari suatu kekuatan
yang dianggapnya dapat menolongnya dari permasalahan hidupnya. Kekuatan
tersebut dipercaya dapat membantunya memberikan solusi atas masalah yang
dihadapi. Demikian anggapan yang ada pada sebagian masyarakat. Anggapan
semacam ini juga didukung dan diperkuat oleh pemikiran Karl Marx
(1818-1883), seorang ahli filsafat kelahiran Jerman. Menurut Marx, agama
sebagai candu masyarakat. Dalam pandangan Marx, agama memang pantas
disebut sebagai candu masyarakat karena seperti candu, ia memberikan
harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk sementara waktu
melupakan masalah real hidupnya. Seorang yang sedang terbius oleh
candu/opium dengan sendirinya akan lupa dengan diri dan masalah yang
sedang dihadapinya. Ketika orang sedang masuk dalam penderitaan yang
dibutuhkan tidak lain adalah candu yang dapat membantu melupakan segala
penderitaan hidup, kendati hanya sesaat saja. Dalam konteks ini orang
memang membutuhkan ilusi-ilusi untuk meringankan penderitaan dalam dunia
real. Pertanyaan filosofis yang diajukan Marx adalah: Mengapa
masyarakat harus memiliki ilusi? Mengapa pula masyarakat membutuhkan
ilusi-ilusi religius? Bagi Marx, agama merupakan medium dari ilusi
sosial. Dalam agama tidak ada pendasaran yang real-obyektif bagi manusia
untuk mengabdi pada kekuasaan supranatural. Hal ini bisa dijelaskan
dari bagaimana agama berkembang. Agama berkembang karena diwartakan oleh
masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh masyarakat yang mempunyai
kekuasaan atau oleh masyarakat yang didukung oleh orangorang yang
memiliki kekuasaan itu. Agama tidak berkembang karena ada kesadaran dari
manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena ada keasadaran dari
manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena kondisi yang
diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kuasa untuk melanggengkan
kekuasaannya. Propaganda agama yang dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki kekuasaan dipandang oleh Marx sebagai sikap meracuni
masyarakat. Karena itu, komunitas yang sefaham dengan Marx berpandangan
agama hanya menghambat kemajuan dan modernisasi. Dengan berbagai aturan,
norma, dogma-dogma dan kaidah yang ada dalam ajaran agama membuat
masyarakat terbelenggu, terhambat dalam produktifitas maupun
kreativitasnya, dan tak bisa melakukan peningkatan kebudayaan dan
peradaban bagi perkembangan masyarakatnya. Karena itu agama harus
ditolak dan ditinggalkan.
3. Segala Yang Ada : Materi?
Keraguan
tentang konsep agama sebagai pedoman hidup yang bisa membawa manusia
mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian, berlanjut pada keraguan akan
Tuhan. “Sesuatu” yang menjadi pokok keyakinan orang beragama. Mereka pun
meragukan keberadaan Tuhan. Segala yang ada adalah materi. Materi
adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan terpengaruh oleh waktu.
Materi tersusun dari partikel-partikel yang terdalam, tidak dapat rusak,
kecil, bulat, keras, yang dinamakan atom-atom. Atom-atom tersebut bukan
hanya tidak pernah terjadi atom-atom baru. Ini berarti bahwa semua
bentuk materi hanyalah merupakan pengelompokan baru atom-atom tadi,
sebagai semula diyakini kebenarannya, hukum kekekalan materi (Louis O
Kattsoff, Pengantar Filsafat,) Alam semesta dan manusia menurut paham
ini juga materi. Mahluk hidup sebagai materi tersusun dari
partikel-partikel hidup yang disebut sel- Sel pada mahluk hidup akan
mengalami kerusakan dan digantikan dengan yang baru. Itulah yang terjadi
pada binatang, manusia maupun alam semesta. Materi merupakan awal dan
akhir suatu kehidupan. Orang yang berfaham materialisme menganggap bahwa
realitas seluruhnya adalah materi belaka. Menurut Ludwig Feuerbach (1804-1872), hanya alamlah yang ada.
Manusia adalah alamiah juga. Yang penting bagi manusia bukan akalnya,
tetapi usahanya. Sebab pengetahuan hanyalah alat agar usaha manusia
berhasil. Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dunia ini. Oleh karena
itu menurutnya, agama dan metafisika harus ditolak. Menurut Feuerbach,
agama timbul dari sifat egoisme manusia yang mendambakan kebahagiaan.
Apa yang tidak ada pada manusia tetapi didambakannya, digambarkan
sebagai kenyataan yang ada pada para dewa (atau Tuhan). Karena itu, Dewa
(atau Tuhan) sebenarnya merupakan keinginan manusia. (Drs A. Chairil
Basori, Filsafat, 1987) Penganut faham materialisme, menganggap
sebenarnya Tuhan itu tidak ada. Adanya Tuhan tak dapat dibuktikan.
Mereka lebih percaya Tuhan itu tidak ada. Jika keberadaan Tuhan tidak
diakui, maka secara otomatis ajaran dan kebenaran yang bersumber darinya
yaitu agama pun tidak diakui. Paling tidak bagi mereka yang berpaham
materialisme, menolak keberadaan Tuhan. Akibat penolakan atas keberadaan
Tuhan, mendorong penganut paham ini bebas melakukan tindakan yang
mereka sukai, tanpa rasa takut akan mendapat murka dari Tuhan.
4. Tuhan, Hasil Rekayasa Pikiran?
Pada
masyarakat yang tidak mengakui dan menolak keberadaan Tuhan, juga
berpendapat bahwa adanya Tuhan pada kepercayaan orang-orang beragama,
hanyalah hasil rekayasa pikiran. Manusia merupakan makhluk yang berakal,
yang mampu berfikir, maka dengan pikirannya dia bisa mengadakan obyek
tertentu dalam alam pikirannya. Tokoh rasionalis Rene Descartes
(1596-1650) menyatakan “cogito ergo sum” yang artinya aku berpikir, maka
aku ada. Adanya aku, sebagai manusia, nyata ada jika aku berpikir. Dan
dengan berpikir, manusia bisa menjadikan segala sesuatunya menjadi
“mengada”. Tuhanpun menjadi ada, dengan cara dipikirkan. Jika manusia
berpikir Tuhan ada, maka jadilah Dia ada. Sebaliknya, jika Tuhan tidak
dipikirkan, maka Tuhan tidak ada. Dengan cara yang sama, pembaca bisa
berpikir mengenai seorang wanita cantik berambut pirang, maka akan
muncul dan menjadi ada dalam alam pikiran pembaca seorang wanita cantik
berambut pirang. Pun pembaca bisa berpikir mengenai seekor harimau besar
berwarna putih yang siap menerkam, maka akan muncul dan menjadi ada
dalam alam pikiran pembaca, seekor harimau besar berwarna putih yang
siap menerkam. Meski dalam alam nyata tak pernah ada di depan pembaca.
Demikianlah, analogi yang sama mereka anggap, bahwa adanya Tuhan adalah
hasil rekayasa pikiran manusia. Perkembangan pemikiran manusia baik
perorangan maupun masyarakat, manurut Auguste Comte (1798-1857)
berlangsung dalam tiga zaman yaitu zaman teologis, metafisis dan zaman
positif.
a. Zaman Teologis
Zaman
dimana manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam, terdapat
kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut. Pada masyarakat primitive, mereka percaya benda-benda seperti
batu, pusaka, keris, dan sebagainya mempunyai kekuatan atau berjiwa
(animisme), sehingga mereka begitu mengagungkan dan memuliakan
benda-benda tersebut. Pada tahap selanjutnya, manusia percaya akan
adanya Dewa-dewa (politheisme), sehingga mereka mengagungkan dan
melakukan penyembahan terhadap Dewa-dewa tersebut, seperti Dewa
Matahari, Dewa Padi, Dewa Gunung, Dewa Cinta. Dewa Pemberi Harta dan
lain-lainnya. Mereka bahkan siap mengorbankan apapun agar Sang Dewa
tidak murka pada masyarakat. Selanjutnya, manusia percaya adanya satu
kekuatan besar, pemimpin para Dewa atau terkumpulnya Dewa-dewa menjadi
satu yaitu Tuhan yang Maha Kuasa. (monotheisme).
b. Zaman Metafisis
Kekuatan-kekuatan
yang dimiliki para dewa itu, kekuatan adikodrati diganti dengan
kekuatan-kekuatan abstrak. Mereka percaya benda-benda di alam semesta
itu menyimpan energi, yang dengan suatu cara tertentu kekuatan energinya
dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan dan kepentingan hidup masyarakat.
c. Zaman Positif
Ketika
masyarakat tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang yang mutlak
baik dari sisi teologis maupun metafisis. Manusia berusaha mendapatkan
hukum-hukum dari fakta-fakta yang didapatinya dengan pengamatan dan
akalnya. Tujuan tertinggi dari zaman ini, akan tercapai bilamana
gejala-gejala telah dapat disusun dan diatur di bawah satu fakta yang
umum saja. Hukum ketiga tahap zaman tersebut tidak hanya berlaku bagi
perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap
perseorangan. Umpamanya sebagai kanak-kanak adalah seorang teolog,
sebagai pemuda menjadi metafisikus, dan sebagai orang dewasa adalah
seorang fisikus. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat,) Pada tahap
positivisme, manusia telah mampu dengan akal dan pengetahuannya
mengatasi setiap permasalahan. Dengan telah ditemukannya lampu listrik,
mesin jahit, mesin industri, traktor dan sebagainya, maka seluruh
kebutuhan hidup manusia dapat dipenuhi dengan mempergunakan akal dan
pengetahuannya. Maka pada tahap ini manusia tidak lagi membutuhkan
Dewa-dewa maupun Tuhan untuk membantu mengatasi permasalahannya.
5. Tuhan Telah Mati?
Dengan
kemampuan akal dan pengetahuannya, manusia bahkan berkeinginan untuk
bisa menguasai alam. Kehendak untuk berkuasa merupakan dasar dan sumber
tingkah laku manusia. Kehendak untuk berkuasa memasuki semua bidang
kegiatan manusia: kesadaran hidup, perwujudan nilai-nilai agama,
kebudayaan dan lain-lain. Kehendak untuk berkuasa bahkan merupakan
kenyataan yang benar akan dunia ini. Dunia ini adalah kehendak untuk
berkuasa, lain tidak. Inilah salah satu pokok pikiran Friedrich
Nietzsche (1844 – 1900), tokoh filsafat yang Anti-Theisme. Menurut
Nietzsche, kehendak untuk berkuasa ini nampak dalam ilmu pengetahuan.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia ingin menyelidiki dunia untuk menemukan
kenyataan dunia yang menjadi. Dengan ilmu, semua yang ada diubah
kedalam bentuk-bentuk yang pasti. Maka ilmu pengetahuan dapat
didefinisikan sebagai penjelmaan alam menjadi konsep-konsep, dengan
tujuan untuk menguasai alam. Agama juga dinyatakan sebagai perwujudan
kehendak untuk berkuasa. Semua agama hakekatnya berasal dari kehendak
untuk berkuasa. Karena kehendak untuk berkuasa ini tidak dapat dipenuhi
dengan kekuatan manusia sendiri, maka manusia menyerahkan usahanya
kepada pribadi yang lebih tinggi. Manusia lari kepada Tuhan yang Maha
Kuasa, karena ia sendirian tidak dapat mengalahkan kekuatan yang
dihadapinya. Bagi Nietzsche, manusia yang ideal adalah superman. Dengan
superman kehendak untuk berkuasa atas dunia menjadi sempurna. Sejarah
akan mencapai kesudahannya pada kehadiran manusia superman ini. Superman
adalah manusia yang mengetahui bahwa Tuhan telah mati, bahwa tidak ada
sesuatupun yang melebihi atau mengatasi dunia ini. Superman akan muncul
bila manusia telah mempunyai keberanian untuk mengubah system nilai,
untuk menghancurkan nilai-nilai yang ada terutama nilai-nilai lama, dan
menyusun dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang melebihi
sebelumnya. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat,) Pernyataan yang cukup
berani dari Nietzche bahwa “God is dead” (Tuhan telah mati) telah mampu
membuat masyarakat yang anti Tuhan untuk melangkah dengan keyakinan diri
yang penuh, untuk melakukan kreativitas yang liberal. Jika tuhan telah
mati dengan segala perintah dan larngannya, maka berarti dunia sudah
terbuka untuk sebuah kebebasan dan kreativitasnya. Segalanya berjalan
dengan sendirinya, alam semesta bergerak dan berputar mengikuti hokum
alam, tanpa campur tangan lagi dari Tuhan. Demikianlah, pemikiran yang
liberal semacam ini banyak yang melanda masyarakat modern, yang meski
tidak secara terus terang, telah menganggap bahwa God is dead. Tuhan
telah mati!
6. Manusia Sebagai Makhluk Pencari Kebenaran.
Namun
tidak semua masyarakat mengikuti pemikiran para ahli filsafat yang anti
Tuhan itu. Banyak diantara mereka yang tidak pernah puas dengan
penjelasan para ahli pikir dunia masa lampau. Manusia menyadari bahwa
dirinya berbeda dengan binatang. Adanya akal yang melengkapi makhluk
bernama manusia, membedakannya dari makhluk yang lain. Dengan akalnya
manusia terus bertanya, mencari jawaban atas setiap pertanyaan.
Pertanyaan yang paling mendasar adalah Siapakah aku? Dari mana aku? Hendak kemana Aku? Pertanyaan-pertanyaan
ini terus mengusiknya yang membutuhkan jawaban yang memuaskan. Termasuk
pertanyaan tentang Tuhan dan alam semesta? Manusia ingin mengetahuinya
dengan cara bertanya dan berpikir. Dengan menggunakan akalnya inilah
manusia berusaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul
pada dirinya. Menurut Endang Syaifudin Ansori, Manusia adalah hewan yang
berpikir. Berpikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban.
Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari kebenaran akan Tuhan,
alam dan manusia. Jadi pada akhirnya : Manusia adalah makhluk pencari
kebenaran. (Endang Syaefuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama,) Lalu apa itu kebenaran? Dalam
dunia ilmu pengetahuan, kebenaran adalah kebenaran ilmiah, suatu
pengetahuan yang jelas dari suatu obyek materi yang dicapai menurut
obyek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan
ditunjang oleh suatu system yang relevan. Pengetahuan demikian ini tahan
uji baik dari verifikasi empiris maupun yang rasional. Dalam pembahasan
tentang teori kebenaran, Endang mengemukakan tiga teori yaitu teori
korespondensi, teori konsistensi dan teori pragmatis. Uraian tiga teori
itu dijelaskan sebagai berikut.
a. Teori korespondensi (coorespondence theory)
Adalah
kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian (correspondence)
antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh
merupakan halnya atau faktanya. Menurut teori korespondensi, suatu
pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan itu adalah berkorespondens (bersesuaian) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Dengan kata lain, kebenaran itu adalah
suatu pernyataan yang sesuai dengan kenyataan (fakta), tanpa
memperhatikan idea atau pikiran. Contohnya “di luar rumah udaranya
dingin”, pernyataan ini benar jika faktanya ketika kita keluar rumah
memang udaranya dingin.
b. Teori konsistensi (consistence theory)
Teori
ini disebut pula coherence, adalah kebenaran, tidak dibentuk atas
hubungan antar putusan (gudgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta
atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri.
Atau secara sederhana dapat dikatakan nahwa menurut teori konsistensi,
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten
atau koheren dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap
benar, tanpa mempedulikan fakta yang ada. Contohnya, “murid SMK Satu
Bulukumba pintar-pintar” adalah pernyataan awal (terdahulu) yang benar.
“Andryan adalah murid yang pintar”, pernyataan ini dianggap benar jika
Andryan adalah murid SMK Satu Bulukumba. Dasar pembenaran pernyataan
“Andryan murid yang pintar” karena koheren dengan pernyataan sebelumnya,
“murid SMK Satu Bulukumba pintar-pintar”.
c. Teori pragmatis (pragmatic theory)
Suatu
proposisi adalah benar sepanjang proposisi itu berlaku, atau memuaskan.
Menurut teori pragmatis, kebenaran bergantung kepada kondisi-kondisi
yang berupa manfaat (utility), kemungkinan dapat dikerjakan
(workability) dan konsekuensi yang memuaskan (satisfactory results).
Dengan perkataan yang lebih sederhana, sesuatu dianggap benar jika itu
mempunyai manfaat fungsional atau menguntungkan dalam kehidupan praktis.
Contohnya, pernyataan “system komputerisasi kantor adalah baik”.
Pernyataan tersebut benar karena penggunaan computer di kantor-kantor
sangat membantu proses (memper mudah dan mempercepat kerja) kegiatan di
kantor. Ketiga teori ini meski tidak seluruhnya tepat, namun yang paling
mendekati adalah teori korespondensi, dimana pernyataan bisa dikatakan
benar jika faktanya sesuai dengan pernyataan. Bagaimana manusia dalam
upaya mencari kebenaran? Jika permasalahan yang dipertanyakan menyangkut
masalah-masalah idea, filsafat atau metafisika maka sulit untuk bisa
memperoleh jawaban sebagai kebenaran. Siapa aku sebenarnya? Untuk apa
aku hidup? Kemana aku nantinya? Benarkah Tuhan itu ada? Bagaimana
membuktikannya? Mencari jawaban atas pertanyaan tersebut sangatlah
sulit, demikianlah untuk menemukan kebenaran tentang permasalahan yang
essensial dalam kehidupan manusia tidaklah bisa dicapai dengan
teori-teori diatas.
7. Mencari Kebenaran Dengan Metodologi Ilmiah
Bagaimana
cara kita mendapatkan suatu kebenaran. Dalam dunia ilmu pengetahuan,
kita mengenal apa yang dinamakan metodologi ilmiah. Metode ilmiah adalah
sebuah cara untuk mencari sebuah kebenaran. Kebenaran ilmiah ini harus
memenuhi persyaratan empiris, obyektif, rasional, dan sistematis.
Empiris berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang dapat
ditangkap dengan pancaindra. Pengetahuan tersebut berasal dari
pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap dengan pancaindranya.
Sehingga kebenaran tersebut dapat juga diketahui oleh orang lain
sebagai kebenaran yang dapat ditangkap dengan pancaindranya pula.
Misalnya kebenaran mengenai air yang dipanaskan dalam suhu 100 derajat
celcius akan mendidih. Ini merupakan kebenaran yang berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang pernah dijalani manusia, maka terhadap hal
tersebut secara empiris manusia lainpun akan menemui hal yang sama.
Obyektif berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas,
berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang
menilai atau yang mengamati (subyek-nya). Sebuah kebenaran harus dapat
dibuktikan oleh orang lain dan akan memperoleh pengetahuan yang sama.
Misalnya air akan bergerak mengalir pada tempat yang lebih rendah atau
menurun. Kebenaran demikian dapat dibuktikan orang lain dan diperoleh
pengetahuan yang sama pula. Rasional berarti kebenaran tersebut
bersumber dari akal (rasio) atau pikiran manusia, dimana
pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran. Kebenaran
demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan
menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Bahkan tanpa perlu
pembuktianpun, kebenaran itu tak terbantahkan. Misal, pernyataan garis
lurus merupakan jarak terdekat diantara dua buah titik, maka kita mau
tidak mau harus mengakui kebenaran pernyataan tersebut. Sistematis
berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui proses
yang berurutan. Dalam suatu penelitian ilmiah, sistematis itu bila
dilakukan melalui tahapan-tahapan memilih dan merumuskan masalah,
menyusun latar belakang teoritis, menetapkan hipotesis, menetapkan
variable, memilih alat pengump[ulan data, menyusun rancangan penelitian,
menentukan sample, menyimpulkan dan menyajikan data, mengolah dan
menganalisis data, menginterpretasi hasil analisis dan mengambil
kesimpulan, menyusun laporan dan mengemukakan implikasi. Untuk
menghasilkan sebuah kebenaran ilmiah juga harus didukung dengan berpikir
dan bersikap ilmiah yaitu dengan tahapan skeptis, analitis, dan kritis.
Skeptis adalah upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau
fakta-fakta terhadap setiap pernyataan. Analitis adalah kegiatan untuk
selalu menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang
relevan, mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya. Kritis adalah
berupaya untuk mengembangkan kemampuan menimbangnya selalu obyektif.
Untuk ini maka dituntut agar data dan pola berpikirnya selalu logis.
8. Asal Usul Kehidupan
Untuk
mengetahui realitas kehidupan manusia dan alam semesta, pertanyaan yang
muncul mengemuka adalah bagaimana awal mula kehidupan di dunia ini.
Siapakah yang menciptakan alam semesta dan bagaimana proses
penciptaannya? Dalam buku pelajaran Biologi Kelas III di SMA, kita
dapatkan penjelasan mengenai asal-usul kehidupan. Bagi mereka yang
sempat duduk di bangku SMA Jurusan IPA/Biologi, tentu pernah mendapatkan
sub materi pelajaran Asal Usul Kehidupan ini. Ada beberapa teori yang
dikemukakan yaitu teori-teori abgiogenesis, biogenesis, kosmozaik,
evolusi kimia dan evolusi biologi.
a. Teori Abiogenesis
Menurut
teori Abiogenesis, kehidupan berasal dari materi yang tidak hidup atau
benda mati dan terjadi begitu saja (spontan). Itulah sebabnya, teori ini
dinamakan pula teori generatio spontanea. Teori abiogenesis ini
dikemukakan pertama kali oleh Aristoteles (334 – 332 SM), seorang filsuf
dan ilmuwan Yunani Kuno. Teori ini bertahan ratusan tahun. Munculnya
teori ini didasarkan pada pengamatan sederhana terhadap apa yang mereka
lihat di sekelilingnya tanpa didukung oleh peralatan yang memadai.
Sebagai contoh, karena cacing berada di dalam tanah, maka cacing berasal
dari tanah. Dengan alasan yang sama, mereka menganggap katak berasal
dari Lumpur, belatung berasal dari daging yang membusuk, dan sebagainya.
Pada abad 17, Antonie van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Penemuan
mikroskop ini membuka cakrawala baru bagi dunia sains. Namun bagi para
pendukung teori abiogenesis, adanya makhluk hidup kecil yang mereka
lihat melalui mikroskop makin memperkuat mereka tentang teori
abiogenesis tersebut.
b. Teori Biogenesis
Teori
biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Teori ini menyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup pula. Teori biogenesis
mendapat dukungan dari Francesco Redi (1626 – 1697), Lazzaro Spallanzani
(1727 -1799) dan Louis Pasteur (1822 -1895). Ketiganya melakukan
percobaan untuk membuktikan teori biogenesis. Francesco Redi mengadakan
serangkaian percobaan dengan bahan daging yang dimasukkan ke delapan
stoples dengan kondisi yang berbeda-beda. Setelah beberapa hari di dalam
stoples yang terbuka, Redi mendapatkan larva, sedangkan di dalam
stoples yang tertutup tidak terdapat larva Berdasarkan percobaan ini,
Redi berkesimpulan bahwa larva bukan berasal dari daging, melainkan
berasal dari telur lalat yang disimpan dalam daging. Lazzaro Spallanzani
juga melakukan percobaan dengan menggunakan dua tipe medium dengan
prinsip yang sama dengan Redi, tetapi dengan rancangan yang lebih
sempurna. Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani, ditemukan kenyataan
bahwa udara memberi pengaruh besar terhadap terbentuknya kekeruhan pada
air kaldu,membuat para pendukung abiogenesis menolak hasil percobaan
spallanzani. Mereka menganggap udara mempunyai daya hidup (vital force)
yang dapat memicu terbentuknya kehidupan. Konsep tentang adanya daya
hidup yang diyakini pendukung teori abiogenesis membuat Louis Pasteur
berpikir bagaimana merancang percobaan yang memungkinkan udara (daya
hidup) tetap dpat berhubungan dengan labu tetapi tidak mempengaruhi isi
labu. Hasil percobaan Pasteur menunjang teori biogenesis dan sekaligus
menumbangkan teori abiogenesis. Teori biogenesis dapat dirumuskan dalam
postulat berikut ini. Omne vivum ex ovo yang berarti makhluk hidup
berasal dari telur, omne ovum ex vivo yang berarti telur berasal dari
makhluk hidup, dan omne vivum ex vivo berarti makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup sebelumnya.
c. Teori Kosmozoik
Teori
ini dikemukakan oleh Richter (1865) dan didukung oleh Thompson,
Helmholtz dan Van Tieghan. Menurut teori ini, benda-benda langit yang
panas berpijar pada bagian permukaannnya saja. Bagian-Bagian dalamnya
tetap dingin sehingga embrio suatu organisme yang menempati bagian
dalamnya tetap hidup. Selanjutnya, organisme-organisme menyebar sampai
ke bumi dan tumbuh subur di bumi. Kemudian organisme-organisme ini
berkembang dan berevolusi hingga menghasilkan seluruh spesies yang ada
sekarang ini.
d. Teori Evolusi Kimia
Menurut
salah satu teori, system tata surya (solar system) terbentuk dari kabut
gas di angkasa. Gaya gravitasi yang timbul menyebabkan terjadinya
kontraksi sehingga menaikkan suhu pusat massa. Kontraksi ini menyebabkan
terbentuknya suatu bintang baru (matahari). Bintang ini dikelilingi
lingkaran gas dan debu yang merupakan asal mula terbentuknya
planet-planet. Meteorit terbentuk sekitar 4550 juta tahun yang lalu;
bulan 4600 juta tahun yang lalu dan bumi 4550 juta tahun yang lalu,
membuktikan bahwa system tata surya berumur kira-kira 5000 juta tahun
atau 5 milyar tahun. Kondisi bumi pada awal pembentukan sangat berbeda
dengan keadaan sekarang. Pada saat itu, suhu permukaan bumi antara
4000-8000 derajat celcius. Sewaktu permukaan bumi mulai dingin,
senyawa-senyawa karbon dan unsure logam membentuk lapisan bumi bagian
dalam (mantel), tersusun dari batuan yang mencair dan terdiri atas
senyawa silicon, aluminium, besi dan sebagainya. Para ilmuwan
berpendapat bahwa pada saat itu di atmosfer terkumpul gas-gas ringan,
seperti hydrogen (H2), helium (He), argon (Ar), nitrogen (N), dan
oksigen(O2). Akibatnya, di atmosfer terbentuk senyawa-senyawa yang
mengandung unsure-unsur ringan, misalnya uap air (H2O), karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), dan ammonia (NH3). Pada saat suhu atmosfer turun
menjadi sekita 100 derajat Celcius, terjadi hujan air mendidih selama
beberapa ribu tahun. Pada kondisi seperti ini, kehidupan di bumi tidak
mungkin terbentuk, tetapi sangat memungkinkan terjadi reaksi-reaksi
kimia karena tersedianya materi dan energi yang berlimpah.
e. Teori Evolusi Biologi
A.I.
Oparin dalam bukunya Asal Mula Terjadinya Kehidupan (The Origin of
Life), mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi di lautan melalui
pembentukan senyawa-senyawa organic dari senyawa-senyawa sederhana
seperti H2O, CO2, CH4, NH3 dan H2, yang memang berlimpah pada saat itu.
Pembentukan senyawa organic ini dibantu oleh energi radiasi benda-benda
angkasa yang juga sangat intensif pada saat itu. Senyawa kompleks
pertama diduga semacam alkohol dan asam amino yang selama jutaan tahun
senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks,
seperti asam organic, purin dan pirimidin. Senyawa-senyawa ini merupakan
bahan pembentuk sel.
9. Evolusi Menurut Darwin
Charles
Robert Darwin seorang biolog Inggris mengemukakan teori evolusinya
melalui buku yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural
Selection (Asal Mula terjadinya Spesies melalui Seleksi Alam) pada tahun
1859. dalam buku tersebut Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup
memiliki leluhur yang sama dan bahwa mereka berkembang satu sama lain
dengan cara seleksi alamiah. Mereka yang terbaik dalam beradaptasi
dengan lingkungan mewariskan perilaku mereka ke generasi berikutnya, dan
lambat laun, sifat-sifat yang menguntungkan ini mengubah
individuindividu menjadi spesies yang berbeda total dari leluhur mereka.
Dengan demikian, manusia ialah produk yang paling maju dari mekanisme
seleksi alamiah ini. Singkatnya, suatu spesies berasal dari spesies
lain. Dua teori evolusi pokok yang terkandung dalam buku tersebut adalah
sebagai berikut (a) Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies
yang hidup di masa lampau. Dan (b) Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Ahli evolusi lain, Alfred R. Wallace (1823-1913) ternyata mempunyai
pemikiran yang sama dengan pemikiran Darwin, meskipun diantara mereka
tidak saling mengenal. Pemikiran mereka disajikan bersama dalam
pertemuan antar ilmuwan di London yang tergabung dalam Linneon Society
of London pada tanggal 1 Juli 1858. Sejak saat itu teori evolusi Darwin
didukung oleh banyak ilmuwan di dunia.Menurut teori evolusi Darwin,
manusia merupakan hasil proses evolusi dari spesies lain yang hidup
lebih dahulu yaitu kera. Dalam perkembangan selanjutnya, oleh para
pendukung teori evolusi ini dengan mengemukakan teori neo-Darwinisme.
Menurut teori ini spesies berkembang sebagai hasil dari mutasi-mutasi,
perubahan-perubahan kecil dalam gen mereka, dan yang paling sesuailah
yang bertahan hidup melalui mekanisme seleksi alam. Selanjutnya mereka
juga mengembangkan teori punctuated equilibrium (keseimbangan bersela)
yang menyatakan bahwa makhluk hidup tiba-tiba berkembang menjadi spesies
lain, meski tanpa bentuk transisinya. Dengan kata lain, spesies tanpa
‘nenek moyang’ evolusioner tiba-tiba muncul. Menurut teori evolusi,
manusia dan kera modern mempunyai leluhur yang sama. Makhl-makhluk ini
berkembang seiring dengan waktu dan beberapa diantara mereka menjadi
kera-kera masa kini, sedangkan sekelompok lain yang mengikuti cabang
evolusi lain menjadi manusia manusia masa kini. Para evolusionis
menyebut ‘leluhur bersama’ pertama manusia dan kera ini
‘Australopithecus’ yang berarti ‘Kera Afrika Selatan’. Terdapat berbagai
jenis Australopithecus, yang hanya spesies kera lama yang telah menjadi
berbeda. Sebagiannya tegap, sementara yang lainnya kecil dan rapuh.
Para evolusionis menggolongkan tahap evolusi manusia berikutnya sebagai
‘Homo’, yakni ‘manusia’. Menurut klain evolusionis, makhluk hidup dalam
tahap ‘homo’ ini lebih berkembang dari pada Australpithecus, dan tidak
banyak berbeda dari manusia modern. Manusia modern masa kini, Homo
sapiens, konon terbentuk pada tahap terakhir evolusi spesies ini. (Harun
Yahya, Allah is Known Through Reason, 58-59) 10. Dimanakah Tuhan? Dalam
uraian mengenai teori-teori pengetahuan dan hasil dari penelitian sains
diatas, belum ada yang bisa tuntas membahas dan membuktikan adanya
Tuhan. Dimanakah Tuhan? Tak ada ilmuwan yang mampu menjawab pertanyaan
mengenai keberadaan Tuhan dan memberikan bukti-bukti secara ilmiah.
KALAU KAU TAHU KEBENARAN TUHAN DAN AGAMA BUKTIKAN...!!!
Langganan:
Postingan (Atom)